Monday, March 28, 2011

SEPULUH RIBU YANG SANGAT BERHARGA

Keluarga Pak Simon adalah keluarga yang sangat kaya di kompleksnya. Pak Simon mempunyai 1 orang istri dan 1 anak tunggal berjenis kelamin perempuan yang cantik dan pintar. Tapi sayang, Pak Simon dan keluarganya sangat angkuh dan sombong. Mereka sama sekali tidak peduli dengan pengemis di jalanan dan orang-orang yang levelnya tidak setingkat dengan mereka atau yang lebih kita kenal dengan orang miskin. Mereka hanya mau berteman sama orang-orang yang kaya saja. Rumah mereka sangat besar dan bagus. Di belakang rumah mereka ada kolam renang yang sangaaat luas dan bagus. Di dekat kolam terdapat taman bunga yang semua bunga dan perlengkapannya di beli dari luar negeri.
                “ Selamat datang ayah” sapa Sharon anak tunggal Pak Simon yang sudah di tinggal Pak Simon 1 bulan yang lalu karena Pak Simon sibuk bekerja di luar negeri.
                “ Oh… anakku… aku sudah sangat rindu padamu!” kata Pak Simon yang langsung memeluk Putri Sulungnya.
                “ Besok ayah akan pergi ke luar negeri untuk bekerja kembali, ayah akan rindu sekali padamu. Ini ada sedikit uang untuk kamu” Jelas Pak Simon sambil menyodongkan uang 10 lembar seratus ribu kepada anaknya
                Sorenya, Pak Simon dan keluarganya pergi ke mall untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mereka belanja banyak sekali barang-barang yang di datangkan dari luar negeri. Mereka membeli dangan sepuasnya. Ingin apa tinggal ambil saja. Karena Pak Simom membawa 3 dompet yang semuanya isinya 100 ribu rupiah.
                “ Semuanya 3.400.000 rupiah” kata sang kasir kepada Pak Simon
                Pak Simon langsung mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan uang 3.400.000 ribu kepada sang kasir.
                “ Uangnya 3.400.000 rupiah yah… Terima kasih” kata sang kasir dengan ramah
                Saat di luar, Pak Simon hendak untuk menyimpan uang seratus ribu yang terselip di saku bajunya. Tiba-tiba uang Pak Simon terjatuh di depan seorang pengemis yang bersama dengan anaknya
                “ Ini pak…” kata sang pengemis yang hendak mengembalikan kepada Pak Simon
                “ Huh, Cuma sepuluh ribu saja. Itu kasih kamu saja. Uang itu tidak cukup untuk belanja!” kata Pak Simon dengan sombong
                “ Maaf pak, uang sepuluh ribu itu sangat berharga. Uang ini cukup untuk membeli makanan.” Jelas sang pengemis
                “ Ah… saya tidak perlu di nasehati  oleh seorang pengemis kayak kamu. Uang kayak gitu sangat tidak berguna sekali. Kamu ambil saja, buat beli makanan untuk kamu dan anakmu yang jelek dan kotor itu” kata Pak Simon menghina pengemis dan anaknya itu
                Pengemis itu hanya terdiam dan pergi dari tempat itu karena sudah di hina oleh seorang bapak-bapak yang gendut, angkuh, dan sombong itu. Di dalam hati sang pengemis berkata bahwa pengemis walaupun terlantar dijalanan tetapi juga masih punya harga diri yang sederajat dengan orang-orang yang lain.
                Keesokan harinya Pak Simon pergi kembali ke luar negeri, Sharon pergi ke luar negeri untuk kuliah di universitas yang terkenal dan mahal sedangkan istri Pak Simon pergi ke luar negeri untuk shopping dan arisan. Keluarga Pak Simon tak pernah ada kata untuk tidak ke luar negeri. Sekitar 2 tahun, bos Pak Simon meninggal dunia, yang menggantikan beliau adalah Pak Simon sendiri yang dulunya menjadi tangan kanan bosnya. Pak Simon sangat senang sekali dan menghabiskan uangnya untuk hal yang tidak berguna sampai suatu saat perusahaan Pak Simon mengalami kebangkrutan. Pak Simon melarikan diri ke Indonesia, istrinya dan anaknya pun juga begitu. Mereka sangat malu terutama Sharon yang sangat rugi.  Sharon sangat marah dengan ayahnya karena Sharon belum menamatkan kuliahnya padahal tinggal 1 bulan lagi Sharon akan lulus dan mendapatkan sertifikat. Istri Pak Simon marah karena uang arisannya belum di bayar istrinya juga sangat malu. Akhirnya Pak Simon dan keluarga menjadi pengemis di depan mall. Sang pengemis yang telah dihina Pak Simon dulu telah menjadi orang kaya dan sangat kaya. Tetapi dia tidak sombong dan angkuh seperti Pak Simon, di selalu memberikan uang kepada pengemis di jalanan karena dia sudah pernah merasakan menjadi pengemis seperti mereka. Suatu hari, sang pengemis(bu Ghea) hendak pergi jalan-jalan. Tiba-tiba ia melihat Pak Simon dan sekeuarga sedang meminta-minta uang kepada orang-orang yang lewat.
                “ Minta Pak… Minta Bu…” kata Pak Simon dan keluarga dengan kompak ketika ada orang lewat
                “ Ini… sekarang kamu sudah tau kan rasanya jadi pengemis itu?” Tanya bu Ghea kepada Pak Simon dan keluarga sambil memberikan uang sepuluh ribu di tangan Pak Simon
                 Mereka terkejut dan mengangguk malu di hadapan bu Ghea
                “ Iya… kami sudah tau susahnya jadi pengemis untuk mencari uang. Terima kasih atas uang sepuluh ribu ini. Hari ini aku dan keluargaku dapat makan. Rupanya uang sepuluh ribu itu memang sangat berharga di mata seorang pengemis” jelas Pak Simon dengan rasa bersalah
                Setelah selesai mereka berincang-bincang, bu Ghea pun pergi meninggalkan mereka. Sedangkan Pak Simon dan keluarga langsung pergi mencari warung makan untuk mereka santap. Pak Simon sekarang mengerti bahwa uang sepuluh ribu itu sangaaatlah berharga.

No comments:

Post a Comment